search

Sabtu, 13 November 2010

Balas Budi Burung Bangau

      Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Kerjanya mengambil kayu bakar di gunung dan menjualnya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikannya makanan. Terus seperti itu setiap harinya. Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang dari kota ia melihat seekor burung bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-ronta. Yosaku segera melepaskan perangkat itu. Bangau itu sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku sebelum terbang ke angkasa. Cuaca sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku segera menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam. Saat itu terdengar suara ketukan pintu di luar rumah. Ketika pintu dibuka, tampak seorang gadis yang cantik berdiri di depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan salju.
       Wanita itu kemudian dipersilahkan masuk. "Aku bermaksud mengunjungi temanku, tetapi karena salju turun denga lebat, aku jadi tersesat"."Bolehkah aku menginap disini malam ini?"."Boleh saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan makanan",kata Yosaku. "Kemudian gadis itu merapikan kamarnya dan memasak makanan yang enak. Ketika terbangun keesokan harinya, gadis itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir bahwa gadis itu akan segera pergi, ia merasa kesepian. Salju masih turun dengan lebatnya. "Tinggallah disini sampai salju reda."Setelah lima hari berlalu salju mereda. Gadis itu berkata kepada Yosaku,"Jadikan aku sebagai istrimu, dan biarkan aku tinggal terus di rumah ini". Yosaku merasa bahagia menerima permintaan itu."Mulai hari ini panggillah aku Otsuru", ujar si gadis. Setelah menjadi istri Yosaku, Otsuru mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh.
       Suatu hari, Otsuru meminta suaminya, Yosaku, membelikannya benang karena ia ingin menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar jangan sekali-kali mengintip ketika ia sedang menenun. Setelah tiga hari tanpa makan dan minum, Otsuru keluar. Kain tenunannya sudah selesai. Yosaku sangat senag karena kain tenunannya dibeli orang dengan harga yang cukup mahal. "Berkat kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih istriku. Para saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih banyak lagi. "Baiklah akan aku buatkan", ujar Otsuru. Kain itu selesai pada hari ke empat setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak sehat, dan tubuhnya menjadi kurus. Otsuru meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi. Tapi di kota, Sang Saudagar minta dibuatkan satu kain lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak ada maka Yosaku akan dipenggal lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya. "Baiklah akan ku buatkan lagi, tetapi hanya satu helai ya", kata Otsuru.
        Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus, Yosaku berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat terkejut ketika yang dilihatnya di dalam ruangan menenun, ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk ditenun menjadi kain. Sehingga badan bangau itu hampir gundul kehabisan bulu. Bangau itu pun berubah wujud kembali menjadi Otsuru. "Sebenarnya aku adalahh seekor bangau yang dahulu pernah kau tolong", untuk membalas budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini, berarti sudah saatnya aku berpisah denganmu", lanjut Otsuru. Otsuru akhirnya berubah kembali menjadi seekor bangau. Kemudian ia segera mengepakkan sayapnya terbang keluar dari rumah ke angkasa. Tinggallah Yosaku sendiri yang menyesali perbuatannya.

Calon Arang

        Di kerajaan Daha yang dipimpin oleh Erlangga yang bijaksana, hiduplah seorang janda yang beraliran ilmu hitam bernama Calon Arang bersama putrinya Ratna Manggali. Meskipun  cukup umur Ratna Manggali tidak juga mendapatkan jodoh. Karena banyak pemuda yang tidak suka dengan perangai Calon Arang, maka tidak ada yang mau berjodoh dengan Ratna Manggali yang cantik. Mengetahui hal ini, Calon Arang murka. Ia menyuruh pengikutnya mencari seorang gadis untuk dijadikan tumbal di candi Durga. Calon Arang ingin warga di desanya mendapat musibah.
        Tuah jahat Calon Arang menjadi kenyataan. Banjir segera melanda desanya. Siapa pun yang terkena air sungai Brantas pasti menderita sakit dan akhirnya meninggal. Korban semakin banyak dan tak ada obat yang dapat menanggulanginya. "He, he... siapa yang berani melawan Calon Arang? Calon Arang tak terkalahkan! Teriak Calon Arang dengan lantang sambil melihat bencana banjir itu dengan sombong. Prabu Erlangga sedih melihat penderitaan warganya. Setelah mendapat laporan bahwa penyebabnya adalah tuah Calon Arang, Erlangga segera menyuruh prajuritnya untuk menangkap Calon Arang.
       Setelah sampai di desa kediaman Calon Arang, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan. Para prajurit Erlangga berjatuhan tanpa sebab yang pasti. Calon Arang merobohkan lawannya dari jarak jauh. "Calon Arang tidak bisa dilawan dengan keras tapi dengan kasih sayang. Kekesalan Calon Arang karena putrinya belum menikah," kata Empu Barada pada saat musyawarah kerajaan bersama Erlangga dan Empu Bahula. Diputuskan Empu Bahula memperistri Ratna Manggali. Calon Arang terkekeh mengetahui menantunya seorang Empu yang tampan. Pesta pernikahan diadakan dengan meriah.
      Setelah beberapa hari Bahula tinggal di rumah Calon Arang, Bahula telah mengetahui kekuatan sihir Calon Arang. Maka tengah malam saat Calon Arang tertidur lelap, ia mencuri Kitab Sihir dan segera memberikannya pada Empu Barada. Mengetahui Kitab Sihirnya hilang, Calon Arang murka dan mengerahkan sihirnya ke Empu Barada. Karena Kitab Sihir tidak ada di tangannya, sihir itu kembali ke dirinya. Tubuh calon Arang hancur menjadi abu tertiup angin menuju ke laut selatan.

Sabtu, 06 November 2010

Kakek Berjenggot

        Pada zaman dahulu di Birma, tinggallah seorang ibu dengan anak gadisnya yang bernama Yo Tay, di tepi sebuah hutan. Mereka begitu miskin dan tinggal dalam sebuah rumah yang amat sederhana. Namun, rumah mereka nampak bersih dan terawat berkat Yo Tay yang membersihkannya setiap hari. Yo Tay memang gadis yang rajin dan baik hati. Setiap hari dia yang mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Yo Tay juga mencari kayu bakar untuk di jual guna hidup mereka. Begitulah kehidupan mereka setiap harinya.
       Suatu senja setelah lelah mencari kayu bakar Yo Tay, bergegas pulang. Tetapi ditengah jalan hujan turun deras. Yo Tay berteduh dibawah pohon. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah rumah yang aneh bentuknya. Perlahan dia mendekati dan mengetuk pintu rumah aneh itu, namun tidak ada seorang pun yang menjawabnya. Karena di luar hawanya sangat dingin ia memberanikan diri masuk. Rumah itu ternyata kotor sekali. Melihat rumah yang kotor itu, Yo Tay yang terbiasa rajin di rumahnya, segera mencari sapu dan mulai membersihkan rumah itu. Diaturnya perabotan yang ada dengan rapi. Tak lama kemudian nampaklah rumah itu menjadi bersih dan rapi.
       Tiba-tiba terdengarlah suara, "Siapakah engkau?"Yo Tay berpaling dan tampaklah seorang kakek cebol berdiri di ambang pintu dengan jenggot yang panjang smapai ke lantai. Yo Tay kemudian menceritakan dirinta kenapa ia sampai ke pondok kakek itu. "Apakah yang membersihkan semua ini kamu? tanya kakek itu sambil mengusap-usap jenggotnya. "Benar, Kakek! Dan bolehkah saya minta sedikit makanan, karena perut saya sudah amat lapar?". Keesokan harinya Yo Tay bangun pagi-pagi sekali." Engkau sungguh rajin dan pandai membereskan rumah, sungguh berat melepaskan engkau pergi, tapi Ibumu juga membutuhkanmu", kata Si Kakek. Yo Tay berkata,"Kakek, terima kasih sekali atas semua kebaikan kkek padaku. Sekarang saya mohon diri, karena Ibu pasti kuatir sekali saat ini.
      Sebelum Yo Tay berpamitan, Yo Tay mohon kepada kakek agar diperbolehkan membereskan jenggot kakek dan menggutingnya. Selesai digunting jenggotnya, si Kakek segera membungkus jenggot itu dengan sepotong kain dan memberikannya pada Yo Tay. "Semoga suatu hari berguna untukmu!", kata si Kakek. Yo Tay segera berlari pulang. Ia menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya kepada Ibunya. Yo Tay terbelalak kaget! Ketika bungkusan itu dibuka ternyata isinya bukan jenggot melainkan gumpalan-gumpalan benang sutra. Segera mereka mencoba menenunnya menjadi kain. Bukan main bagus hasilnya. Yang lebih membuat mereka berdua tercengang ialah gumpalan-gumpalan benang itu seolah tak ada habis-habisnya.Sejak saat itu Yo Tay dan Ibunya tak perlu mencari kayu lagi di hutan. Kehidupan mereka telah berubah. Kini mereka telah menjadi pedagang kain sutra.

Minggu, 31 Oktober 2010

Timun Mas

        Dahulu kala hidup seorang perempuan tua bernama Mbok Surip. Mbok Surip kerjanya mencari kayu di hutan. "Seandainya aku mempunyai anak, tentu ada yang menghibur dan membantuku bekerja". Tiba-tiba dari balik pohon muncul raksasa. "Hai, manusia ! Kamu menginginkan anak, ya ?! Aku bisa membantumu, asalkan setelah anak itu berumur 16 belas tahun, kau harus menyerahkan padaku untuk santapanku!". Mbok Surip yang telah hilang ketakutannya, tanpa berpikir panjang mengiyakan keinginan raksasa itu. Raksasa itu kemudian memberi Mbok Surip biji mentimun.
        Biji mentimun yang ditanam selalu dirawat dengan baik. Dua minggu kemudian mentimun itu berbuah. Diantara buah yang tumbuh ada satu buah yang sangat besar. Bila ditimpa sinar matahari buah mentimun besar itu berkilau seperti emas. Esoknya Mbok Surip memetik timun yang besar. Mbok Surip membelah timun itu dengan hati-hati. Apa yang dilihatnya ? Seorang bayi perempuan cantik dalam mentimun. Dan Mbok Surip memberinya nama Timun Mas. Tak terasa Timun Emas telah berumur 16 tahun. Saat mereka akan ke hutan, tiba-tiba bumi bergetar. Timun Emas pun disuruhnya sembunyi. "Aku tahu kedatanganmu. Tapi tunggulah 2 tahun lagi, pasti Timun Emas lebih lezat," kata Mbok Surip. Dua tahun kemudian, raksasa itu datang menagih janji. Tapi Timun Emas telah pergi. Karena raksasa itu tinggi, dia pun bisa melihat kemana Timun Emas bergerak.
         Saat raksasa hampir menangkapnya, Timus Emas menaburkan biji mentimun, Ajaib! Buah mentimun tumbuh cepat dan raksasa itu pun segera menghabiskan timun itu.Setelah menghabiskan timun-timun, raksasa itu kembali mengejar Timun Emas. Timun Emas menaburkan bekal jarumnya. Dan tumbuhlah hutan bambu yang lebat. Tapi raksasa itu bisa lolos dari hutan bambu. Bahkan ia hampir berhasil menangkap Timun Emas. Timun Emas pun hampir habis tenaganya berlari. Akhirnya Timun Emas melempar garam. Aeketika garam berubah menjadi lautan yang dalam dan menenggelamkan raksasa. Kini Timun Emas bisa bernapas lega. "Terima kasih, Tuhan, Engkau telah melindungiku," kata Timun Emas. Timun Emas pulang dengan gembira. Mbok Surip sangat lega melihat Timun Emas pulang. Langsung dipeluknya Timun Emas dengan linangan airmata gembira.

Banta Bareansyah

       Sebuah dusun di Aceh hidup seorang anak laki-laki bernama Banta Bareansyah bersama ibunya. Hidup mereka sangat miskin. Pekerjaan mereka hanyalah menampi sekam padi di sebuah kincir padi. Upah mereka pun hanya segenggam beras. Suatu hari tidak ada pekerjaan di kincir padi sehingga mereka tidak bisa makan. Maka ibu Bareansyah pergi meminta beras kepada Yakub saudaranya yang kaya raya. Namun bukannya beras di dapat melainkan bentakan. Tak jauh dari dusun mereka, terdapat sebuah kerajaan yang rajanya sangat arif. Ia mempunyai putri yang bernama Putri Terus Mata yang cantik. Ia akan mau menikah bila ada seorang pria yang dapat mencarikannya pakaian dari emas dan suasa.
       Keinginan putri raja sampai juga ke telinga Barensya. "Biarkan aku mencari pakaian itu, Bu. Aku akan berlayar sampai ke negeri seberang. Aku akan menumpang kapal  Paman Yakub," kata Barensyah memohon. Dengan berat hati pamannya mengijinkannya ikut. Berbekal seruling dan selembar daun talas ia pun pergi. Sampai ditengah laut ia diturunkan oleh pamannya sesuai permintaan Barensyah. Ia segera menggelar daun talasnya dan ajaib ia bisa terapung. Hembusan angin membawa Barensyah ke tempat yang dituju. Begitu di darat ia segera mencari tukang tenun dan menyampaikan maksudnya. Tukang tenun hanya memandang Barensyah dengan tidak percaya.
       "Dengan apa kau akan membayarku?" katatukang tenun. "Aku akan membayarnya dengan lagu yang aku tiupkan dari seruling ini. Mulailah Barensyah meniupkan serulingnya dan tukang tenun itu mulai bekerja. Jadilah pakaian emas itu. Ia kemudian berlayar kembali dengan daun talasnya. Di tengah laut ia bertemu dengan kapal Yakub. Yakub melihat kilauan di seruling Barensyah, ia tahu itu pakaian emas. Yakub merampas dan melempar Barensyah ke laut. Ombak membawa Barensyah ke tepi pantai. Untung saja ada sepasang suami istri yang menemukannya dan merawatnya hingga sembuh. Setelah Barensyah sembuh ia pamit kepada kedua orang tua itu.
       Sampai kembali ke desanya ia mendapat kabar bahwa pamannya akan menikah dengan putri raja. Barensyah marah karena dialah yang mendapatkan pakaian emas itu. Sementara itu saat Yakub akan menikahi putri raja, datang seekor elang, "klik, klik ... pakaian emas itu milik Barensyah," oceh elang. Gegerlah istana, Yakub akhirnya dipenjara dan Banta Barensyah hidup bahagia bersama ibu dan Putri Terus Mata.

Balas Budi Ikan Mas

       "Wow, ikan mas yang indah sekali. Sisiknya berkilauan seperti emas!" teriak nelayan saat melihat jaringnya. Namun belum sempat ia memegangnya, ikan itu melompat ke air. Sejak itu Nelayan terus memikirkan ikan mas. Karena tidak pernah bertemu dengan ikan mas itu lagi, nelayan itu memutuskan menjadi pedagang dan menikah dengan janda yang mempunyai ank bernama Menzi. Suatu hari Menzi menangkap ikan mas yang indah tapi dilepaskan kembali karena tidak tega. Mengetahui hal itu, ayah tiri Menzi marah. Diusirnya Menzi dari rumah. Akhirnya Menzi meninggalkan rumah diiringi tangisan ibunya.
       Di tengah jalan ia bertemu dengan pemuda bernama Tan Er. Menzi menceritakan nasibnya dan mengatakan tak tahu harus kemana. Akhirnya mereka berdua menjadi sahabat seperjalanan. Saat mereka berhenti untuk makan, datanglah seorang penasehat istana menawarkan mereka untuk mencari Putri Raja yang diculik Wanita Setan. "Banyak prajurit yang tak kembali saat mencari, aku mohon kalian berdua berhasil," kata penasehat istana. Dengan bekal pedang dua ekor kuda, sampailah Menzi dan Tan Er di sebuah rumah berkilauan seperti emas. Muncullah Wanita Setan itu. "Mau apa kalian, kalian tidak tahu disini penuh dengan timbunan tulang prajurit. Ha ... ha ...!" tawa setan itu.
       Menzi dan Tan Er kompak menyerang Wanita Setan. Sekali hembusan dari Wanita Setan, Menzi terpelanting. Tan Er berusaha maju dengan kekuatannya, "Berhasil!" teriak Tan Er saat pedangnya menghunus Wanita Setan. Matilah Wanita Setab itu. Ketika mereka sedang membasuh diri di sebuah sungai, datanglah seorang wanita cantik, ternyata wanita itu adalah Putri Raja. Namun ia belum bisa bebas sebelum kedua anak Wanita Setan itu datang. Tak lama kemudian muncul Setan Putih dan Setan Hitam. Setan Putih bertarung dengan Menzi, Tan Er bertarung dengan Setan Hitam. Kekompakan membuat mereka berhasil mematahkan setan-setan itu.
       Sesampainya di istana, Baginda menepati janjinya. Namun Baginda bingung karena ada dua pemuda. "Nikahilah sang Putri karena aku tidak boleh menikah, suatu saat kau akn mengerti," kata Tan Er. Akhirnya menikahlah Menzi. Suatu sore, mereka bertiga jalan-jalan ke pinggir sungai. "Menzi, akulah ikan mas yang kau kembalikan ke sungai, sebagai terima kasih aku berubah menjadi sahabatmu," kata Tan Er sambil melompat ke sungai.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Belle MENJADI PUTRI SEHARI

      Suatu hari, Belle dan Beast sedang berada di taman istana. Beast tiba-tiba berpikir untuk membalas semua kebaikan Belle kepadanya selama ini. Beast menghampiri Ibu Potts dan Chip untuk meminta pendapat. Ibu Potts gembira sekali mendengar ide Beast. "Sudah sepantasnya kita membahagiakan Belle sekali-kali," katanya. Keesokan paginya, Beast bangun pagi sekali dan menyiapkan sarapan pagi untuk  Belle. Dengan riang ia mengetuk pintu kamar Belle. "Selamat pagi," kata Beast. Ia membawa sebuah nampan berisi semangkuk sereal dan susu. Tak lupa dibawakannya sekuntum bunga di vas yang indah.
      Setelah selesai sarapan dan mandi pagi, Belle mulai bersiap-siap. Ia menemui Ibu Lemari. Disana sudah disediakan sebuah gaun merah yang cantik. Belle memakai gaun merah itu kelihatan anggun dan cantik sekali. Rambutnya diikat dengan pita merah yang sama dengan warna gaunnya. Saat ia turun, ia melihat seluruh istana telah dihias dengan bunga warna-warni dan harum. Beast lalu mengajak Belle ke taman istana. "Ayo ikut aku, hari ini khusus disiapkan untukmu," katanya. Beast mengajak Belle main kriket dan Tenis.
     Lalu mereka nerdansa di bawah tenda besar warna merah dan minum sari buah yang segar. Setelah puas bermain-main di taman, Beast mengajak Belle masuk ke dalam istana. Beast ingin Belle merasakan duduk di kursi tahta kerajaan layaknya seorang putri. "Nah, sekarang semuanya sudah lengkap" kata Beast. Ia memakaikan sebuah mahkota yang indah di kepala Belle. Namun, tiba-tiba, Belle berkata, "Masih ada yang kurang kok". Beast jadi bungung. "Masih kurang pangerannya," kata Belle seraya tersenyum. "Kaulah pangeranku". Mereka lalu berdansa di bawah sinar rembulan.

Sungai Jodoh

     Di pulau Batam ada gadis yatim piatu bernama Mah Bongsu. Suatu hari saat mencuci di sungai ia melihat ular. Namun ular itu hanya berenang sambil memperlihatkan lukanya. Karena kasihan, Mah Bongsu memberanikan diri mengambil ular itu dan merawatnya. Mah Bongsu merawat ular itu hingga sembuh. Setiap kulit ular yang mengelupas dibakarnya. Dan ajaib setiap dibakar timbul asap putih. Jika asap mengarah ke Singapura tiba-tiba ada setumpuk emas, jika ke Sumatera muncul kain tapis Lampung yang mahal. Akhirnya Mah Bongsu menjadi kaya raya. Kekayaan ini membuat sebagian orang iri. Ada yang bilang memelihara tuyul namun itu tidak terbukti. "Sudahlah yang penting tidak ada yang dirugikan apalagi ia dermawan sekali," kata Mak Ungki pada orang yang iri.
     Tapi ternyata Mak Piah dan Siti Mayang anaknya tetap iri. Setiap malam mereka mengintip Mah Bongsu. "Wah, ada ular besar. Kulitnya yang terkelupas dan dibakar akan mendatangkan harta karun ?" gumam Mak Piah pada anaknya. Esoknya Mak Piah mencari ular, tak lama ia pun mendapatkan  ular besar berbisa. Ular itu langsung dibawanya pulang. Malam harinya, Mak Piah memaksa anaknya tidur bersama ular itu. "Aku takut, Mak!" kata Siti Mayang. Namun Mak Piah terus memaksa. "Ular melilit dan menggigitku!" teriak Siti Mayang ketakutan. "Anakku, jangan takut. Bertahanlah, ular itu akan mendatangkan harta karun," ucap Mak Piah.
     Sementara itu Mah Bongsu semakin menyayangi ularnya. Ular itu kemudian mengajak Mah Bongsu ke tempat mereka pertama kali bertemu. Sampai di sungai, ular itu mengutarakan niatnya untuk menikahi Mah Bongsu. Melihat Mah Bongsu yang tertegun, ular itu segera meninggalkan kulitnya dan berubah menjadi lelaki tampan. Dan kulit ular itu berubah menjadi rumah megah di depan pondok Mah Bongsu. Kemudian selanjutnya tempat itu disebut desa Tiban. Akhirnya, Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan pemuda tampan tersebut. Pesta pun dilangsungkan tiga hari tiga malam. Berbagai macam hiburan ditampilkan. Tamu yang datang tiada henti-hentinya memberikan ucapan selamat.
     Dibalik kebahagiaan Mah Bongsu, keadaan keluarga Mak Piah yang tamak sedang dirundung duka, karena Siti Mayang, anak gadisnya meninggal dipatok ular berbisa. Konon, sungai pertemuan Mah Bongsu dengan ular sakti yang berubah wujud menjadi pemuda tampan itu dipercaya sebagai tempat jodoh. Sehingga sungai itu disebut "Sungai Jodoh".

Putir Busu dan Bawi Sandah

      Putir Busu meminta ijin kepada ibunya untuk mencari ikan. Putir busu ingin membuat gulai ikan untuk ibunya dan saudaranya Bawi Sandah. "Tangkaplah di sungai belakang rumah," kata ibunya memberi ijin. Sampai di sungai ia menangguk ikan dengan senang. Ikan yang didapat semakin banyak, itu membuat Putir Busu semakin bersemangat menangguk ikan sampai jauh  ke dalam hutan. "Hei siapa yang menangguk ikan sampai malam begini," terdengar suara seorang nenek. "Putir Busu, Nek!" jawab Putir Busu. Karena sudah malam, nenek itu menyuruh Putir beemalam di rumahnya.
      Putir Busu segera menyiangi ikan dan dimasak gulai untuk dimakan bersama nenek itu. Setelah makan dengan kenyang keduanya tertidur pulas dalam keakraban. Esoknya sebelum pulang, nenek memberikan bungkusan dan berpesan, "nanti berjalanlah lurus saja, kau akan menemukan kembang elok tapi jangan petik yang cacat kembangnya. Putir Busu mengikuti petunjuk nenek itu tanpa tahu apa maksudnya. Belum lama ia memetik kembang elok itu, terdengar suara pemuda yang telah berdiri di belakangnya. "Aku adalah kembang elok yang kau petik, sudah menjadi takdirku siapa yang memetikky, akan menjadi istriku," kata pemuda itu.
      Keduanya pulang bersama. Sampai dirumah dengan hati-hati mereka membuka bingkisan itu. "Wow!" perhiasan. Kita harus bersyukur akan berkah ini Putir Busu". Peristiwa ini membuat mereka membagikannya kepada fakir miskin, namun perhiasan itu seakan tidak berkurang. Melihat itu Bawi Sandah bertanya kepada Putir Busu. Akhirnya Bawi Sandah menemui nenek itu. Tapi ia tidak mau membantu nenek itu bekerja. Saat pulang nenek itu dengan berat hati memberikan bingkisan karena watak Bawi Sandah berbeda dengan Putir Busu.
       Karena tergesa-gesa ingin melihat harta, Bawi Sandah tanpa sadar memetik kembang yang cacat. Muncullah seorang tua bungkuk, "takdirku harus memperistrimu" kata si tua. Keduanya pulang bersama dan membuka bungkusan namun yang keluar adalah ribuan lebah "ngung ... ngung ... Bawi Sandah pingsan dan bengkak akibat sengatan lebah. Itulah balasan bagi orang yang serakah.

Kembang Wijayakusuma

      Rasi Kano terkenal sakti di wilayah Kerajaan Kediri. Pada saat itu Kerajaan Kediri dipimpin oleh Prabu Aji Pamoso yang sifatnya tidak mau kesaktiannya terkalahkan. Maka Aji Pamoso memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Resi Kano. Berkat kesaktiannya, Resi Kano telah pergi sebelum pengawal Aji Pamoso datang. "Ha! Rumahnya kosong! Seru seorang pengawal. Para pengawal pun membakar rumah Resi Kano. Sementara itu Resi Kano telah sampai di wilayah Cilacap. Ia mencari tempat yang sepi untuk bertapa. Setelah mendapat tempat yang cocok ia segera khusyuk bertapa.
       Aji Pamoso yang terus memburu Resi Kano akhirnya menemukan Resi Kano sedang bertapa. Saatnya kau mati ditanganku." kata Aji Pamoso sambil menghujamkan kerisnya ke Resi Kano. Ia tewas seketika bersimbah darah. Peristiwa aneh terjadi. Tiba-tiba jasad Resi Kano lenyap dan bersamaan dengan itu petir menggelegar dan badai. "Kerahkan semua kesaktian," seru Aji Pamoso panik. Tiba-tiba dihadapan mereka muncul ular raksasa mendesis-desis sambil membuka mulutnya ingin menyantap Aji Pamoso. Aji Pamoso segera mengambil panah dan mengarahkan ke kepala ular. Ular itu hancur dan tewas seketika.
         Setelah ular itu tewas, tampak dari kejauhan seorang putri cantik di pulau karang memanggil-manggil Aji Pamoso. "Gusti Prabu! Gusti Prabu!" Aji Pamoso segera mendayung mendekati putri itu. "Namaku Dewi Wasowati," Aku ingin mengucapkan terima kasih karena Gusti Prabu telah membebaskan aku dari kutukan dewa. Sebagai balas jasa kuberikan kembang Cangkok Wijaya Kusuma dari kahyangan". " Aku juga mohon Gusti Prabu menjadi saksi bahwa tempat kita berdiri ini kuberikan nama Nusa Kembangan. Dan siapa pun yang berhasil memiliki kembang ini akan menurunkan raja-raja di tanah Jawa," sambungnya sambil memberikan kembang itu.
         Kembang Cangkok Wijaya Kusuma telah berada ditangan Prabu Aji Pamoso. Saat itu pula Dewi Wasowati lenyap dari pandangan matanya. Aji Pamoso segera meninggalkan Nusa Kembangan dan mengayuh perahunya dengan cepat. Karena tergesa-gesa ingin mencapai pantai, Kembang Cangkok Wijaya Kusuma jatuh ke laut dan tidak dapat membawanya ke Kerajaan Kediri.

Putri Kaguya

      Suatu hari seorang kakek menebang bambu di hutan. Tiba-tiba ia melihat sebatang bambu bersinar terang. Setelah ditebang didalamnya ada bayi perempuan yang bersinar sedang tersenyum padanya. Sesampainya di rumah kakek itu memperkihatkan bayi perempuan ini kepada istrinya. "Nek, aku dapat bayi ini di dalam bambu." cerita kakek. Kakek dan Nenek itu langsung mengucap syukur karena selama ini belum dikarunia anak. Esoknya mereka membawa bayi itu ke pendeta Shinto. Pendeta itu memberi nama Putri Kaguya. "Nama yang indah." ucap kakek sambil mencium Putri Kaguya.
       Hari terus berlalu, Putri Kaguya menjadi wanita yang cantik sekali. Kecantikannay sampai terdengar ke pelosok negeri. Suatu hari datanglah lima lelaki bangsawan igin melamar Putri Kaguya, mereka saling bersaing akhirnya bertengkar. Kakek dan Nenek bingung menghadapi para bangsawan itu. Akhirnya Putri Kaguya keluar menemui mereka. "Aku akan menikah dengan orang yang dapat membawakan benda berharga," ucap Putri Kaguya dengan lembut. Pertama datang bangsawan pengrajin batu, ia membwa kuali batu, bangsawan kedua membawa pohon zamrud, bangsawan ketiga membawa mantel dari kulit tikus api. Namun Putri Kaguya tahu semua barang yang dibawa adalah palsu.
       Bangsawan keempat dan kelima pun gagal. Saat bangsawan keempat ingin mengambil zamrud naga di laut, kapalnya terserang ombak, Dewi laut marah karena dia ingin membunuh naga laut. Begitu pula dengan bangsawan kelima, saat ingin mengambil sarang burung diatas kuil, tangannya di patuk induk burung, maka lepaslah sarang itu. Akhir-akhir ini Kakek sering melihat Putri Kaguya menagis. "Kenapa menangis, Nak?"tanya kakek cemas. Akhirnya Putri Kaguya menceritakan bahwa ia berasal dari bulan dan pada malam bulan purnama ia akan dijemput.
        Mendengar itu Kakek dan Nenek ikut menangis. Esoknya kakek ke istana untuk meminta pertolongan ke Raja Mikado. Mikado pun mengerahkan pengawalnya untuk berjaga di rumah kakek itu. Malam bulan purnama terdengar nyanyian merdu, kemudian turunlah utusan dari bulan. Para pengawal MIkado menghalaunya namun datang sinar yang menyilaukan membuat mereka tak bisa melihat. "Tuan Putri, kami datang," kata utusan dari bulan. Kakek, Nenek, dan Putri Kaguya tak bisa menahan airmata kesedihan saat Putri Kaguya masuk dalam tandu. "Kakek, Nenek, terima kasih sudah membesarkan aku dengan cinta kasih," Kemudian perlahan-lahan tandu itu naik keawan  menuju bulan.

Kamis, 28 Oktober 2010

Angsa dan Bokor Ajaib

      Angkus adalah angsa yang mempunyai sifat angkuh, pemalas, dan tamak. Angkus juga mengambil harta warisan orang tuanya ketika orang tuanya meninggal. Angma adalah angsa yang sifatnya berlawanan dengan Angkus. Ia adalah angsa yang jujur, rajin bekerja, dan amat baik budi. Ia menyadari kalau adiknya memang bersifat culas dan serakah terhadap harta, maka ia hidup sendiri dengan sederhana. Ia mencari kayu bakar dan dijual untuk hidupnya. Pada suatu malam, ketika Angma tidur ia bermimpi ditemui seorang kakek tua yang menyuruhnya agar pergi ke sebuah goa. Kakek itu bilang kalau apa yang diinginkannya akan terkabul.
      Begitu bangun dari tidurnya Angma langsung pergi menyusuri hutan dan mencari goa yang dimaksud oleh si kakek tua dalam mimpi. "Wah ini pasti goa yang dimaksud kakek itu", bisiknya dalam hati. Ia berjalan cepat lagi dan mendekati pintu goa di tepi hutan itu. Di dalam goa itu gelap sekali. Lama dia komat-kamit bersemedi dan akhirnya keluarlah cahaya yang sangat terang-benderang. Ia berdoa"Yang Maha Kuasa berilah hamba kecukupan setiap hari agar tidak sengsara". Tiba-tiba setelah mata Angma dibuka didepannya terdapat Bokor yang bercahaya.
       Dengan senang hati Angma segera membawa bokor kembali kembali ke rumahnya. Kebetulan  keadaan kampung sedang sepi. Ia berpikir dalam akalnya, "Pasti Angkus akan kaget setelah aku tidak menjadi penjual kayu bakar lagi". Angma dengan cepat menyelinap ke dalam rumahnya. Dirumah, Angma tidak tahu bagaimana cara menggunakan bokor itu. Karena perutnya sudah terasa lapar sekali Angma menggosok bokornya dan berteriak, "Hai bokor sakti, berilah aku jagung dan air". Bokor itu mendesing dan makananpun keluar. Angma tak tahu bagaimana menghentikannya. Tidak sengaja ia memegang mulut bokor itu, maka berhentilah bokor itu mendesing.
      Kehidupan Angma kelihatan makmur sejak ada bokor itu. Ia mulai jarang mencari kayu bakar ke hutan. Angma tidak bingung lagi mencari kayu bakar untuk dijual sebagai kepentingan hidupnya sehari-hari. Ia hanya tinggal menikmati apa yang dia inginkan maka akan terkabulkan. Tetapi lain bagi si Angkus. Ia mulai curiga dengan kemakmuran Angma. Angkus sangat penasaran dan mencari-cari tahu, namun tidak pernah menemukan jawaban yang memuaskan. Akhirnya pada suatu hari ia mengetahui secara langsung dengan mata kepalanya sendiri tentang apa yang dilakukan Angma. Dasar Angkus memang jelek tabiatnya, setelah tahu kakaknya makmur dengan adanya bokor saktinya, maka suati hari Angkus mencuri bokor itu.
      Angkus meniru seperti apa yang dilakukan oleh Angma. Sudah lama sekali ia melakukan komat-kamit doanya. Tetapi ia tidak tahu begaimana menggunakan bokor itu. Karena perutnya sudah terasa lapar sekali kemudian Angkus menggosok bokornya dan berteriak, "Hai bokor sakti, berilah aku jagung dan air". Bokor itu mendesing dan makananpun keluar. Angkus senang hati karena jagung yang datang kelihatan enak sekali . Ia melihat jagung yang keluar satu persatu. Angkus panik tidak bisa menghentikan bokor sakti milik Angma. Jagung-jagung keluar terus dan sudah hampir menenggelamkan Angkus sehingga ia ketakutan. Angkus pun menjerit,"Toloooonnnnnnggg...........!".
      Malam gelap sekali Angma sedang tidur dengan nyenyak di atas ranjang kesayangannya. Samar-samar Angma mendengar suara orang minta pertolongan. Kelihatannya suara itu semakin lama semakin keras sekali sehingga membuat Angma terjaga dari tidurnya. Angma keluar rumah dan ingin segera mencari tahu dari mana asal suara yang minta pertolongan itu. Ia kesana kemari berjalan dengan cepat. "Ah, kedengarannya suara itu dari rumah si Angkus, Ada apa dengannya?" pikir Angma mengingat Angkus adalah saudaranya sendiri pula. Ia segera berlari.
       Setelah mendekati rumah Angkus, Angma benar-benar yakin kalau Angkus berteriak-teriak minta pertolongan. "Aku harus mendobraknya!" katanya dalam hati. Angma langsung mendobrak pintu depan dengan sekuat-kuatnya. Dan ternyata benar, Angkus hampir mati tertimbun  jagung di dalam biliknya. Mulanya Angkus sangat malu karena ketahuan Angma bahwa ia pencuri bokor saktinya sehingga ia hampir mati. Tetapi karena Angkus yakin bahwa Angma memang baik hati maka ia pun menerima uluran tangan permintaan maaf atas perbuatan curangnya terhadap saudara sendirinya itu.

Si Kancil di Negeri Semut

      Si Kancil yang cerdik walau tak bisa memanjat pohon pisang ia bisa makan pisang matang setelah mengibuli si kera. Sambil beristirahat ia memandangi barisan semut yang jumlahnya sangat banyak."Apa yang mereka bawa itu, seperti butiran parutan kelapa....."gumam Kancil. Kancil tertarik melihat barisan semut yang rapi itu, sepertinya dunia semut memiliki disiplin yang ketat dalm berlalu lintas. Bila bertemu mereka saling menyapa dan bersalaman, nampaknya rukun sekali.
       Kancil terus memperhatikan barisan semut itu dengan seksama, "Dunia semut nampaknya aman, rukun, dan damai kenapa dunia binatang lainnya tidak seperti mereka, saling bunuh dan saling mengalahkan....."pikir Kancil. Tiba-tiba Kancil merasa dirinya mengerut, tubuhnya berubah jadi sebesar semut. Kancil merasa bingung melihat semut-semut berseliweran di sampingnya. Kancil kemudian mengikuti barisan semut itu yang masuk ke sebuah lorong yang panjang, "Permisi......bolehkah aku mengetahui rahasia kerukunan kalian ?" tanya Kancil. "Boleh saja Cil,"kata seekor semut. "Kami memang selalu rukun dan damai, sebab tanpa itu kami tak bisa hidup dengan tenang dan makmur. Kami bekerja sama dengan riang gembira. Mengumpulkan makanan di musim kemarau untuk persediaan di musim hujan.
       "Lihat dinding di kanan-kiri lorong ini, semua penuh dengan persediaan makanan. Siapa saja semut yang lapar boleh mengambil dan memakannya. Persediaan makanan ini menjadi milik bersama. "Wah aku sungguh iri dengan dunia kalian yang rukun damai saling membantu satu sama lain. Tidak ada yang usil misalnya menjegal temannya yang sedang bergegas kesana kemari." kata Kancil. "Cil, kau juga bisa berbuat yang sama. Sejak kecil kami sudah diajar untuk hidup rukun, tolong menolong, bekerja keras, dan tidak serakah. Semua semut dewasa sampai yang tua juga memberi contoh dengan perbuatan yang nyata."
      "Apakah di dunia semut tidak ada yang dengki ?"tanya Kancil. "Tidak ada Cil, sejak kecil kami tidak diajari berhati iri dan dengki, ataupun bersikap malas. Kami semua rajin bekerja."jawan semut. "Apakah tidak ada di antara kalian yang sengaja menimbun makanan untuk kepentingan sendiri ?"tanya Kancil. "Tidak ada Cil, tapi kita semua wajib bekerja mengumpulkan bahan makanan untuk kepentingan bersama." Setelah cukup berwawancara dengan tokoh masyarakat semut, Kancil minta diri. Dalam perjalanan ia termenung betapa jauh bedanya dunia semut dengan dunia yang di gelutinya. Kancil tersenyum simpul ketika memandangi semut-semut itu terus berbaris rapi. Sibuk menyunngi makanan mereka untuk dibawa ke dalam lorong. "Wah dunia hewan dan manusia mestinya meniru semut."kata Kancil.