search

Kamis, 28 Oktober 2010

Si Kancil di Negeri Semut

      Si Kancil yang cerdik walau tak bisa memanjat pohon pisang ia bisa makan pisang matang setelah mengibuli si kera. Sambil beristirahat ia memandangi barisan semut yang jumlahnya sangat banyak."Apa yang mereka bawa itu, seperti butiran parutan kelapa....."gumam Kancil. Kancil tertarik melihat barisan semut yang rapi itu, sepertinya dunia semut memiliki disiplin yang ketat dalm berlalu lintas. Bila bertemu mereka saling menyapa dan bersalaman, nampaknya rukun sekali.
       Kancil terus memperhatikan barisan semut itu dengan seksama, "Dunia semut nampaknya aman, rukun, dan damai kenapa dunia binatang lainnya tidak seperti mereka, saling bunuh dan saling mengalahkan....."pikir Kancil. Tiba-tiba Kancil merasa dirinya mengerut, tubuhnya berubah jadi sebesar semut. Kancil merasa bingung melihat semut-semut berseliweran di sampingnya. Kancil kemudian mengikuti barisan semut itu yang masuk ke sebuah lorong yang panjang, "Permisi......bolehkah aku mengetahui rahasia kerukunan kalian ?" tanya Kancil. "Boleh saja Cil,"kata seekor semut. "Kami memang selalu rukun dan damai, sebab tanpa itu kami tak bisa hidup dengan tenang dan makmur. Kami bekerja sama dengan riang gembira. Mengumpulkan makanan di musim kemarau untuk persediaan di musim hujan.
       "Lihat dinding di kanan-kiri lorong ini, semua penuh dengan persediaan makanan. Siapa saja semut yang lapar boleh mengambil dan memakannya. Persediaan makanan ini menjadi milik bersama. "Wah aku sungguh iri dengan dunia kalian yang rukun damai saling membantu satu sama lain. Tidak ada yang usil misalnya menjegal temannya yang sedang bergegas kesana kemari." kata Kancil. "Cil, kau juga bisa berbuat yang sama. Sejak kecil kami sudah diajar untuk hidup rukun, tolong menolong, bekerja keras, dan tidak serakah. Semua semut dewasa sampai yang tua juga memberi contoh dengan perbuatan yang nyata."
      "Apakah di dunia semut tidak ada yang dengki ?"tanya Kancil. "Tidak ada Cil, sejak kecil kami tidak diajari berhati iri dan dengki, ataupun bersikap malas. Kami semua rajin bekerja."jawan semut. "Apakah tidak ada di antara kalian yang sengaja menimbun makanan untuk kepentingan sendiri ?"tanya Kancil. "Tidak ada Cil, tapi kita semua wajib bekerja mengumpulkan bahan makanan untuk kepentingan bersama." Setelah cukup berwawancara dengan tokoh masyarakat semut, Kancil minta diri. Dalam perjalanan ia termenung betapa jauh bedanya dunia semut dengan dunia yang di gelutinya. Kancil tersenyum simpul ketika memandangi semut-semut itu terus berbaris rapi. Sibuk menyunngi makanan mereka untuk dibawa ke dalam lorong. "Wah dunia hewan dan manusia mestinya meniru semut."kata Kancil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar