Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Kerjanya mengambil kayu bakar di gunung dan menjualnya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikannya makanan. Terus seperti itu setiap harinya. Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang dari kota ia melihat seekor burung bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-ronta. Yosaku segera melepaskan perangkat itu. Bangau itu sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku sebelum terbang ke angkasa. Cuaca sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku segera menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam. Saat itu terdengar suara ketukan pintu di luar rumah. Ketika pintu dibuka, tampak seorang gadis yang cantik berdiri di depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan salju.
Wanita itu kemudian dipersilahkan masuk. "Aku bermaksud mengunjungi temanku, tetapi karena salju turun denga lebat, aku jadi tersesat"."Bolehkah aku menginap disini malam ini?"."Boleh saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan makanan",kata Yosaku. "Kemudian gadis itu merapikan kamarnya dan memasak makanan yang enak. Ketika terbangun keesokan harinya, gadis itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir bahwa gadis itu akan segera pergi, ia merasa kesepian. Salju masih turun dengan lebatnya. "Tinggallah disini sampai salju reda."Setelah lima hari berlalu salju mereda. Gadis itu berkata kepada Yosaku,"Jadikan aku sebagai istrimu, dan biarkan aku tinggal terus di rumah ini". Yosaku merasa bahagia menerima permintaan itu."Mulai hari ini panggillah aku Otsuru", ujar si gadis. Setelah menjadi istri Yosaku, Otsuru mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh.
Suatu hari, Otsuru meminta suaminya, Yosaku, membelikannya benang karena ia ingin menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar jangan sekali-kali mengintip ketika ia sedang menenun. Setelah tiga hari tanpa makan dan minum, Otsuru keluar. Kain tenunannya sudah selesai. Yosaku sangat senag karena kain tenunannya dibeli orang dengan harga yang cukup mahal. "Berkat kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih istriku. Para saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih banyak lagi. "Baiklah akan aku buatkan", ujar Otsuru. Kain itu selesai pada hari ke empat setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak sehat, dan tubuhnya menjadi kurus. Otsuru meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi. Tapi di kota, Sang Saudagar minta dibuatkan satu kain lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak ada maka Yosaku akan dipenggal lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya. "Baiklah akan ku buatkan lagi, tetapi hanya satu helai ya", kata Otsuru.
Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus, Yosaku berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat terkejut ketika yang dilihatnya di dalam ruangan menenun, ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk ditenun menjadi kain. Sehingga badan bangau itu hampir gundul kehabisan bulu. Bangau itu pun berubah wujud kembali menjadi Otsuru. "Sebenarnya aku adalahh seekor bangau yang dahulu pernah kau tolong", untuk membalas budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini, berarti sudah saatnya aku berpisah denganmu", lanjut Otsuru. Otsuru akhirnya berubah kembali menjadi seekor bangau. Kemudian ia segera mengepakkan sayapnya terbang keluar dari rumah ke angkasa. Tinggallah Yosaku sendiri yang menyesali perbuatannya.
Kumpulan cerita
Sabtu, 13 November 2010
Calon Arang
Di kerajaan Daha yang dipimpin oleh Erlangga yang bijaksana, hiduplah seorang janda yang beraliran ilmu hitam bernama Calon Arang bersama putrinya Ratna Manggali. Meskipun cukup umur Ratna Manggali tidak juga mendapatkan jodoh. Karena banyak pemuda yang tidak suka dengan perangai Calon Arang, maka tidak ada yang mau berjodoh dengan Ratna Manggali yang cantik. Mengetahui hal ini, Calon Arang murka. Ia menyuruh pengikutnya mencari seorang gadis untuk dijadikan tumbal di candi Durga. Calon Arang ingin warga di desanya mendapat musibah.
Tuah jahat Calon Arang menjadi kenyataan. Banjir segera melanda desanya. Siapa pun yang terkena air sungai Brantas pasti menderita sakit dan akhirnya meninggal. Korban semakin banyak dan tak ada obat yang dapat menanggulanginya. "He, he... siapa yang berani melawan Calon Arang? Calon Arang tak terkalahkan! Teriak Calon Arang dengan lantang sambil melihat bencana banjir itu dengan sombong. Prabu Erlangga sedih melihat penderitaan warganya. Setelah mendapat laporan bahwa penyebabnya adalah tuah Calon Arang, Erlangga segera menyuruh prajuritnya untuk menangkap Calon Arang.
Setelah sampai di desa kediaman Calon Arang, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan. Para prajurit Erlangga berjatuhan tanpa sebab yang pasti. Calon Arang merobohkan lawannya dari jarak jauh. "Calon Arang tidak bisa dilawan dengan keras tapi dengan kasih sayang. Kekesalan Calon Arang karena putrinya belum menikah," kata Empu Barada pada saat musyawarah kerajaan bersama Erlangga dan Empu Bahula. Diputuskan Empu Bahula memperistri Ratna Manggali. Calon Arang terkekeh mengetahui menantunya seorang Empu yang tampan. Pesta pernikahan diadakan dengan meriah.
Setelah beberapa hari Bahula tinggal di rumah Calon Arang, Bahula telah mengetahui kekuatan sihir Calon Arang. Maka tengah malam saat Calon Arang tertidur lelap, ia mencuri Kitab Sihir dan segera memberikannya pada Empu Barada. Mengetahui Kitab Sihirnya hilang, Calon Arang murka dan mengerahkan sihirnya ke Empu Barada. Karena Kitab Sihir tidak ada di tangannya, sihir itu kembali ke dirinya. Tubuh calon Arang hancur menjadi abu tertiup angin menuju ke laut selatan.
Tuah jahat Calon Arang menjadi kenyataan. Banjir segera melanda desanya. Siapa pun yang terkena air sungai Brantas pasti menderita sakit dan akhirnya meninggal. Korban semakin banyak dan tak ada obat yang dapat menanggulanginya. "He, he... siapa yang berani melawan Calon Arang? Calon Arang tak terkalahkan! Teriak Calon Arang dengan lantang sambil melihat bencana banjir itu dengan sombong. Prabu Erlangga sedih melihat penderitaan warganya. Setelah mendapat laporan bahwa penyebabnya adalah tuah Calon Arang, Erlangga segera menyuruh prajuritnya untuk menangkap Calon Arang.
Setelah sampai di desa kediaman Calon Arang, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan. Para prajurit Erlangga berjatuhan tanpa sebab yang pasti. Calon Arang merobohkan lawannya dari jarak jauh. "Calon Arang tidak bisa dilawan dengan keras tapi dengan kasih sayang. Kekesalan Calon Arang karena putrinya belum menikah," kata Empu Barada pada saat musyawarah kerajaan bersama Erlangga dan Empu Bahula. Diputuskan Empu Bahula memperistri Ratna Manggali. Calon Arang terkekeh mengetahui menantunya seorang Empu yang tampan. Pesta pernikahan diadakan dengan meriah.
Setelah beberapa hari Bahula tinggal di rumah Calon Arang, Bahula telah mengetahui kekuatan sihir Calon Arang. Maka tengah malam saat Calon Arang tertidur lelap, ia mencuri Kitab Sihir dan segera memberikannya pada Empu Barada. Mengetahui Kitab Sihirnya hilang, Calon Arang murka dan mengerahkan sihirnya ke Empu Barada. Karena Kitab Sihir tidak ada di tangannya, sihir itu kembali ke dirinya. Tubuh calon Arang hancur menjadi abu tertiup angin menuju ke laut selatan.
Sabtu, 06 November 2010
Kakek Berjenggot
Pada zaman dahulu di Birma, tinggallah seorang ibu dengan anak gadisnya yang bernama Yo Tay, di tepi sebuah hutan. Mereka begitu miskin dan tinggal dalam sebuah rumah yang amat sederhana. Namun, rumah mereka nampak bersih dan terawat berkat Yo Tay yang membersihkannya setiap hari. Yo Tay memang gadis yang rajin dan baik hati. Setiap hari dia yang mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Yo Tay juga mencari kayu bakar untuk di jual guna hidup mereka. Begitulah kehidupan mereka setiap harinya.
Suatu senja setelah lelah mencari kayu bakar Yo Tay, bergegas pulang. Tetapi ditengah jalan hujan turun deras. Yo Tay berteduh dibawah pohon. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah rumah yang aneh bentuknya. Perlahan dia mendekati dan mengetuk pintu rumah aneh itu, namun tidak ada seorang pun yang menjawabnya. Karena di luar hawanya sangat dingin ia memberanikan diri masuk. Rumah itu ternyata kotor sekali. Melihat rumah yang kotor itu, Yo Tay yang terbiasa rajin di rumahnya, segera mencari sapu dan mulai membersihkan rumah itu. Diaturnya perabotan yang ada dengan rapi. Tak lama kemudian nampaklah rumah itu menjadi bersih dan rapi.
Tiba-tiba terdengarlah suara, "Siapakah engkau?"Yo Tay berpaling dan tampaklah seorang kakek cebol berdiri di ambang pintu dengan jenggot yang panjang smapai ke lantai. Yo Tay kemudian menceritakan dirinta kenapa ia sampai ke pondok kakek itu. "Apakah yang membersihkan semua ini kamu? tanya kakek itu sambil mengusap-usap jenggotnya. "Benar, Kakek! Dan bolehkah saya minta sedikit makanan, karena perut saya sudah amat lapar?". Keesokan harinya Yo Tay bangun pagi-pagi sekali." Engkau sungguh rajin dan pandai membereskan rumah, sungguh berat melepaskan engkau pergi, tapi Ibumu juga membutuhkanmu", kata Si Kakek. Yo Tay berkata,"Kakek, terima kasih sekali atas semua kebaikan kkek padaku. Sekarang saya mohon diri, karena Ibu pasti kuatir sekali saat ini.
Sebelum Yo Tay berpamitan, Yo Tay mohon kepada kakek agar diperbolehkan membereskan jenggot kakek dan menggutingnya. Selesai digunting jenggotnya, si Kakek segera membungkus jenggot itu dengan sepotong kain dan memberikannya pada Yo Tay. "Semoga suatu hari berguna untukmu!", kata si Kakek. Yo Tay segera berlari pulang. Ia menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya kepada Ibunya. Yo Tay terbelalak kaget! Ketika bungkusan itu dibuka ternyata isinya bukan jenggot melainkan gumpalan-gumpalan benang sutra. Segera mereka mencoba menenunnya menjadi kain. Bukan main bagus hasilnya. Yang lebih membuat mereka berdua tercengang ialah gumpalan-gumpalan benang itu seolah tak ada habis-habisnya.Sejak saat itu Yo Tay dan Ibunya tak perlu mencari kayu lagi di hutan. Kehidupan mereka telah berubah. Kini mereka telah menjadi pedagang kain sutra.
Suatu senja setelah lelah mencari kayu bakar Yo Tay, bergegas pulang. Tetapi ditengah jalan hujan turun deras. Yo Tay berteduh dibawah pohon. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah rumah yang aneh bentuknya. Perlahan dia mendekati dan mengetuk pintu rumah aneh itu, namun tidak ada seorang pun yang menjawabnya. Karena di luar hawanya sangat dingin ia memberanikan diri masuk. Rumah itu ternyata kotor sekali. Melihat rumah yang kotor itu, Yo Tay yang terbiasa rajin di rumahnya, segera mencari sapu dan mulai membersihkan rumah itu. Diaturnya perabotan yang ada dengan rapi. Tak lama kemudian nampaklah rumah itu menjadi bersih dan rapi.
Tiba-tiba terdengarlah suara, "Siapakah engkau?"Yo Tay berpaling dan tampaklah seorang kakek cebol berdiri di ambang pintu dengan jenggot yang panjang smapai ke lantai. Yo Tay kemudian menceritakan dirinta kenapa ia sampai ke pondok kakek itu. "Apakah yang membersihkan semua ini kamu? tanya kakek itu sambil mengusap-usap jenggotnya. "Benar, Kakek! Dan bolehkah saya minta sedikit makanan, karena perut saya sudah amat lapar?". Keesokan harinya Yo Tay bangun pagi-pagi sekali." Engkau sungguh rajin dan pandai membereskan rumah, sungguh berat melepaskan engkau pergi, tapi Ibumu juga membutuhkanmu", kata Si Kakek. Yo Tay berkata,"Kakek, terima kasih sekali atas semua kebaikan kkek padaku. Sekarang saya mohon diri, karena Ibu pasti kuatir sekali saat ini.
Sebelum Yo Tay berpamitan, Yo Tay mohon kepada kakek agar diperbolehkan membereskan jenggot kakek dan menggutingnya. Selesai digunting jenggotnya, si Kakek segera membungkus jenggot itu dengan sepotong kain dan memberikannya pada Yo Tay. "Semoga suatu hari berguna untukmu!", kata si Kakek. Yo Tay segera berlari pulang. Ia menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya kepada Ibunya. Yo Tay terbelalak kaget! Ketika bungkusan itu dibuka ternyata isinya bukan jenggot melainkan gumpalan-gumpalan benang sutra. Segera mereka mencoba menenunnya menjadi kain. Bukan main bagus hasilnya. Yang lebih membuat mereka berdua tercengang ialah gumpalan-gumpalan benang itu seolah tak ada habis-habisnya.Sejak saat itu Yo Tay dan Ibunya tak perlu mencari kayu lagi di hutan. Kehidupan mereka telah berubah. Kini mereka telah menjadi pedagang kain sutra.
Minggu, 31 Oktober 2010
Timun Mas
Dahulu kala hidup seorang perempuan tua bernama Mbok Surip. Mbok Surip kerjanya mencari kayu di hutan. "Seandainya aku mempunyai anak, tentu ada yang menghibur dan membantuku bekerja". Tiba-tiba dari balik pohon muncul raksasa. "Hai, manusia ! Kamu menginginkan anak, ya ?! Aku bisa membantumu, asalkan setelah anak itu berumur 16 belas tahun, kau harus menyerahkan padaku untuk santapanku!". Mbok Surip yang telah hilang ketakutannya, tanpa berpikir panjang mengiyakan keinginan raksasa itu. Raksasa itu kemudian memberi Mbok Surip biji mentimun.
Biji mentimun yang ditanam selalu dirawat dengan baik. Dua minggu kemudian mentimun itu berbuah. Diantara buah yang tumbuh ada satu buah yang sangat besar. Bila ditimpa sinar matahari buah mentimun besar itu berkilau seperti emas. Esoknya Mbok Surip memetik timun yang besar. Mbok Surip membelah timun itu dengan hati-hati. Apa yang dilihatnya ? Seorang bayi perempuan cantik dalam mentimun. Dan Mbok Surip memberinya nama Timun Mas. Tak terasa Timun Emas telah berumur 16 tahun. Saat mereka akan ke hutan, tiba-tiba bumi bergetar. Timun Emas pun disuruhnya sembunyi. "Aku tahu kedatanganmu. Tapi tunggulah 2 tahun lagi, pasti Timun Emas lebih lezat," kata Mbok Surip. Dua tahun kemudian, raksasa itu datang menagih janji. Tapi Timun Emas telah pergi. Karena raksasa itu tinggi, dia pun bisa melihat kemana Timun Emas bergerak.
Saat raksasa hampir menangkapnya, Timus Emas menaburkan biji mentimun, Ajaib! Buah mentimun tumbuh cepat dan raksasa itu pun segera menghabiskan timun itu.Setelah menghabiskan timun-timun, raksasa itu kembali mengejar Timun Emas. Timun Emas menaburkan bekal jarumnya. Dan tumbuhlah hutan bambu yang lebat. Tapi raksasa itu bisa lolos dari hutan bambu. Bahkan ia hampir berhasil menangkap Timun Emas. Timun Emas pun hampir habis tenaganya berlari. Akhirnya Timun Emas melempar garam. Aeketika garam berubah menjadi lautan yang dalam dan menenggelamkan raksasa. Kini Timun Emas bisa bernapas lega. "Terima kasih, Tuhan, Engkau telah melindungiku," kata Timun Emas. Timun Emas pulang dengan gembira. Mbok Surip sangat lega melihat Timun Emas pulang. Langsung dipeluknya Timun Emas dengan linangan airmata gembira.
Biji mentimun yang ditanam selalu dirawat dengan baik. Dua minggu kemudian mentimun itu berbuah. Diantara buah yang tumbuh ada satu buah yang sangat besar. Bila ditimpa sinar matahari buah mentimun besar itu berkilau seperti emas. Esoknya Mbok Surip memetik timun yang besar. Mbok Surip membelah timun itu dengan hati-hati. Apa yang dilihatnya ? Seorang bayi perempuan cantik dalam mentimun. Dan Mbok Surip memberinya nama Timun Mas. Tak terasa Timun Emas telah berumur 16 tahun. Saat mereka akan ke hutan, tiba-tiba bumi bergetar. Timun Emas pun disuruhnya sembunyi. "Aku tahu kedatanganmu. Tapi tunggulah 2 tahun lagi, pasti Timun Emas lebih lezat," kata Mbok Surip. Dua tahun kemudian, raksasa itu datang menagih janji. Tapi Timun Emas telah pergi. Karena raksasa itu tinggi, dia pun bisa melihat kemana Timun Emas bergerak.
Saat raksasa hampir menangkapnya, Timus Emas menaburkan biji mentimun, Ajaib! Buah mentimun tumbuh cepat dan raksasa itu pun segera menghabiskan timun itu.Setelah menghabiskan timun-timun, raksasa itu kembali mengejar Timun Emas. Timun Emas menaburkan bekal jarumnya. Dan tumbuhlah hutan bambu yang lebat. Tapi raksasa itu bisa lolos dari hutan bambu. Bahkan ia hampir berhasil menangkap Timun Emas. Timun Emas pun hampir habis tenaganya berlari. Akhirnya Timun Emas melempar garam. Aeketika garam berubah menjadi lautan yang dalam dan menenggelamkan raksasa. Kini Timun Emas bisa bernapas lega. "Terima kasih, Tuhan, Engkau telah melindungiku," kata Timun Emas. Timun Emas pulang dengan gembira. Mbok Surip sangat lega melihat Timun Emas pulang. Langsung dipeluknya Timun Emas dengan linangan airmata gembira.
Banta Bareansyah
Sebuah dusun di Aceh hidup seorang anak laki-laki bernama Banta Bareansyah bersama ibunya. Hidup mereka sangat miskin. Pekerjaan mereka hanyalah menampi sekam padi di sebuah kincir padi. Upah mereka pun hanya segenggam beras. Suatu hari tidak ada pekerjaan di kincir padi sehingga mereka tidak bisa makan. Maka ibu Bareansyah pergi meminta beras kepada Yakub saudaranya yang kaya raya. Namun bukannya beras di dapat melainkan bentakan. Tak jauh dari dusun mereka, terdapat sebuah kerajaan yang rajanya sangat arif. Ia mempunyai putri yang bernama Putri Terus Mata yang cantik. Ia akan mau menikah bila ada seorang pria yang dapat mencarikannya pakaian dari emas dan suasa.
Keinginan putri raja sampai juga ke telinga Barensya. "Biarkan aku mencari pakaian itu, Bu. Aku akan berlayar sampai ke negeri seberang. Aku akan menumpang kapal Paman Yakub," kata Barensyah memohon. Dengan berat hati pamannya mengijinkannya ikut. Berbekal seruling dan selembar daun talas ia pun pergi. Sampai ditengah laut ia diturunkan oleh pamannya sesuai permintaan Barensyah. Ia segera menggelar daun talasnya dan ajaib ia bisa terapung. Hembusan angin membawa Barensyah ke tempat yang dituju. Begitu di darat ia segera mencari tukang tenun dan menyampaikan maksudnya. Tukang tenun hanya memandang Barensyah dengan tidak percaya.
"Dengan apa kau akan membayarku?" katatukang tenun. "Aku akan membayarnya dengan lagu yang aku tiupkan dari seruling ini. Mulailah Barensyah meniupkan serulingnya dan tukang tenun itu mulai bekerja. Jadilah pakaian emas itu. Ia kemudian berlayar kembali dengan daun talasnya. Di tengah laut ia bertemu dengan kapal Yakub. Yakub melihat kilauan di seruling Barensyah, ia tahu itu pakaian emas. Yakub merampas dan melempar Barensyah ke laut. Ombak membawa Barensyah ke tepi pantai. Untung saja ada sepasang suami istri yang menemukannya dan merawatnya hingga sembuh. Setelah Barensyah sembuh ia pamit kepada kedua orang tua itu.
Sampai kembali ke desanya ia mendapat kabar bahwa pamannya akan menikah dengan putri raja. Barensyah marah karena dialah yang mendapatkan pakaian emas itu. Sementara itu saat Yakub akan menikahi putri raja, datang seekor elang, "klik, klik ... pakaian emas itu milik Barensyah," oceh elang. Gegerlah istana, Yakub akhirnya dipenjara dan Banta Barensyah hidup bahagia bersama ibu dan Putri Terus Mata.
Keinginan putri raja sampai juga ke telinga Barensya. "Biarkan aku mencari pakaian itu, Bu. Aku akan berlayar sampai ke negeri seberang. Aku akan menumpang kapal Paman Yakub," kata Barensyah memohon. Dengan berat hati pamannya mengijinkannya ikut. Berbekal seruling dan selembar daun talas ia pun pergi. Sampai ditengah laut ia diturunkan oleh pamannya sesuai permintaan Barensyah. Ia segera menggelar daun talasnya dan ajaib ia bisa terapung. Hembusan angin membawa Barensyah ke tempat yang dituju. Begitu di darat ia segera mencari tukang tenun dan menyampaikan maksudnya. Tukang tenun hanya memandang Barensyah dengan tidak percaya.
"Dengan apa kau akan membayarku?" katatukang tenun. "Aku akan membayarnya dengan lagu yang aku tiupkan dari seruling ini. Mulailah Barensyah meniupkan serulingnya dan tukang tenun itu mulai bekerja. Jadilah pakaian emas itu. Ia kemudian berlayar kembali dengan daun talasnya. Di tengah laut ia bertemu dengan kapal Yakub. Yakub melihat kilauan di seruling Barensyah, ia tahu itu pakaian emas. Yakub merampas dan melempar Barensyah ke laut. Ombak membawa Barensyah ke tepi pantai. Untung saja ada sepasang suami istri yang menemukannya dan merawatnya hingga sembuh. Setelah Barensyah sembuh ia pamit kepada kedua orang tua itu.
Sampai kembali ke desanya ia mendapat kabar bahwa pamannya akan menikah dengan putri raja. Barensyah marah karena dialah yang mendapatkan pakaian emas itu. Sementara itu saat Yakub akan menikahi putri raja, datang seekor elang, "klik, klik ... pakaian emas itu milik Barensyah," oceh elang. Gegerlah istana, Yakub akhirnya dipenjara dan Banta Barensyah hidup bahagia bersama ibu dan Putri Terus Mata.
Balas Budi Ikan Mas
"Wow, ikan mas yang indah sekali. Sisiknya berkilauan seperti emas!" teriak nelayan saat melihat jaringnya. Namun belum sempat ia memegangnya, ikan itu melompat ke air. Sejak itu Nelayan terus memikirkan ikan mas. Karena tidak pernah bertemu dengan ikan mas itu lagi, nelayan itu memutuskan menjadi pedagang dan menikah dengan janda yang mempunyai ank bernama Menzi. Suatu hari Menzi menangkap ikan mas yang indah tapi dilepaskan kembali karena tidak tega. Mengetahui hal itu, ayah tiri Menzi marah. Diusirnya Menzi dari rumah. Akhirnya Menzi meninggalkan rumah diiringi tangisan ibunya.
Di tengah jalan ia bertemu dengan pemuda bernama Tan Er. Menzi menceritakan nasibnya dan mengatakan tak tahu harus kemana. Akhirnya mereka berdua menjadi sahabat seperjalanan. Saat mereka berhenti untuk makan, datanglah seorang penasehat istana menawarkan mereka untuk mencari Putri Raja yang diculik Wanita Setan. "Banyak prajurit yang tak kembali saat mencari, aku mohon kalian berdua berhasil," kata penasehat istana. Dengan bekal pedang dua ekor kuda, sampailah Menzi dan Tan Er di sebuah rumah berkilauan seperti emas. Muncullah Wanita Setan itu. "Mau apa kalian, kalian tidak tahu disini penuh dengan timbunan tulang prajurit. Ha ... ha ...!" tawa setan itu.
Menzi dan Tan Er kompak menyerang Wanita Setan. Sekali hembusan dari Wanita Setan, Menzi terpelanting. Tan Er berusaha maju dengan kekuatannya, "Berhasil!" teriak Tan Er saat pedangnya menghunus Wanita Setan. Matilah Wanita Setab itu. Ketika mereka sedang membasuh diri di sebuah sungai, datanglah seorang wanita cantik, ternyata wanita itu adalah Putri Raja. Namun ia belum bisa bebas sebelum kedua anak Wanita Setan itu datang. Tak lama kemudian muncul Setan Putih dan Setan Hitam. Setan Putih bertarung dengan Menzi, Tan Er bertarung dengan Setan Hitam. Kekompakan membuat mereka berhasil mematahkan setan-setan itu.
Sesampainya di istana, Baginda menepati janjinya. Namun Baginda bingung karena ada dua pemuda. "Nikahilah sang Putri karena aku tidak boleh menikah, suatu saat kau akn mengerti," kata Tan Er. Akhirnya menikahlah Menzi. Suatu sore, mereka bertiga jalan-jalan ke pinggir sungai. "Menzi, akulah ikan mas yang kau kembalikan ke sungai, sebagai terima kasih aku berubah menjadi sahabatmu," kata Tan Er sambil melompat ke sungai.
Di tengah jalan ia bertemu dengan pemuda bernama Tan Er. Menzi menceritakan nasibnya dan mengatakan tak tahu harus kemana. Akhirnya mereka berdua menjadi sahabat seperjalanan. Saat mereka berhenti untuk makan, datanglah seorang penasehat istana menawarkan mereka untuk mencari Putri Raja yang diculik Wanita Setan. "Banyak prajurit yang tak kembali saat mencari, aku mohon kalian berdua berhasil," kata penasehat istana. Dengan bekal pedang dua ekor kuda, sampailah Menzi dan Tan Er di sebuah rumah berkilauan seperti emas. Muncullah Wanita Setan itu. "Mau apa kalian, kalian tidak tahu disini penuh dengan timbunan tulang prajurit. Ha ... ha ...!" tawa setan itu.
Menzi dan Tan Er kompak menyerang Wanita Setan. Sekali hembusan dari Wanita Setan, Menzi terpelanting. Tan Er berusaha maju dengan kekuatannya, "Berhasil!" teriak Tan Er saat pedangnya menghunus Wanita Setan. Matilah Wanita Setab itu. Ketika mereka sedang membasuh diri di sebuah sungai, datanglah seorang wanita cantik, ternyata wanita itu adalah Putri Raja. Namun ia belum bisa bebas sebelum kedua anak Wanita Setan itu datang. Tak lama kemudian muncul Setan Putih dan Setan Hitam. Setan Putih bertarung dengan Menzi, Tan Er bertarung dengan Setan Hitam. Kekompakan membuat mereka berhasil mematahkan setan-setan itu.
Sesampainya di istana, Baginda menepati janjinya. Namun Baginda bingung karena ada dua pemuda. "Nikahilah sang Putri karena aku tidak boleh menikah, suatu saat kau akn mengerti," kata Tan Er. Akhirnya menikahlah Menzi. Suatu sore, mereka bertiga jalan-jalan ke pinggir sungai. "Menzi, akulah ikan mas yang kau kembalikan ke sungai, sebagai terima kasih aku berubah menjadi sahabatmu," kata Tan Er sambil melompat ke sungai.
Sabtu, 30 Oktober 2010
Belle MENJADI PUTRI SEHARI
Suatu hari, Belle dan Beast sedang berada di taman istana. Beast tiba-tiba berpikir untuk membalas semua kebaikan Belle kepadanya selama ini. Beast menghampiri Ibu Potts dan Chip untuk meminta pendapat. Ibu Potts gembira sekali mendengar ide Beast. "Sudah sepantasnya kita membahagiakan Belle sekali-kali," katanya. Keesokan paginya, Beast bangun pagi sekali dan menyiapkan sarapan pagi untuk Belle. Dengan riang ia mengetuk pintu kamar Belle. "Selamat pagi," kata Beast. Ia membawa sebuah nampan berisi semangkuk sereal dan susu. Tak lupa dibawakannya sekuntum bunga di vas yang indah.
Setelah selesai sarapan dan mandi pagi, Belle mulai bersiap-siap. Ia menemui Ibu Lemari. Disana sudah disediakan sebuah gaun merah yang cantik. Belle memakai gaun merah itu kelihatan anggun dan cantik sekali. Rambutnya diikat dengan pita merah yang sama dengan warna gaunnya. Saat ia turun, ia melihat seluruh istana telah dihias dengan bunga warna-warni dan harum. Beast lalu mengajak Belle ke taman istana. "Ayo ikut aku, hari ini khusus disiapkan untukmu," katanya. Beast mengajak Belle main kriket dan Tenis.
Lalu mereka nerdansa di bawah tenda besar warna merah dan minum sari buah yang segar. Setelah puas bermain-main di taman, Beast mengajak Belle masuk ke dalam istana. Beast ingin Belle merasakan duduk di kursi tahta kerajaan layaknya seorang putri. "Nah, sekarang semuanya sudah lengkap" kata Beast. Ia memakaikan sebuah mahkota yang indah di kepala Belle. Namun, tiba-tiba, Belle berkata, "Masih ada yang kurang kok". Beast jadi bungung. "Masih kurang pangerannya," kata Belle seraya tersenyum. "Kaulah pangeranku". Mereka lalu berdansa di bawah sinar rembulan.
Setelah selesai sarapan dan mandi pagi, Belle mulai bersiap-siap. Ia menemui Ibu Lemari. Disana sudah disediakan sebuah gaun merah yang cantik. Belle memakai gaun merah itu kelihatan anggun dan cantik sekali. Rambutnya diikat dengan pita merah yang sama dengan warna gaunnya. Saat ia turun, ia melihat seluruh istana telah dihias dengan bunga warna-warni dan harum. Beast lalu mengajak Belle ke taman istana. "Ayo ikut aku, hari ini khusus disiapkan untukmu," katanya. Beast mengajak Belle main kriket dan Tenis.
Lalu mereka nerdansa di bawah tenda besar warna merah dan minum sari buah yang segar. Setelah puas bermain-main di taman, Beast mengajak Belle masuk ke dalam istana. Beast ingin Belle merasakan duduk di kursi tahta kerajaan layaknya seorang putri. "Nah, sekarang semuanya sudah lengkap" kata Beast. Ia memakaikan sebuah mahkota yang indah di kepala Belle. Namun, tiba-tiba, Belle berkata, "Masih ada yang kurang kok". Beast jadi bungung. "Masih kurang pangerannya," kata Belle seraya tersenyum. "Kaulah pangeranku". Mereka lalu berdansa di bawah sinar rembulan.
Langganan:
Postingan (Atom)